Siang

Adalah asap yang tak kalah pekat daripada kabut
Juga bunyi klakson kendaraan yang lebih kuat dari suara jangkrik
Kuning yang bersih dari segala cacat
—ketidak-konsistenan warna antara ungu, merah, dan jingga

Adalah waktu dimana mentari tetap pada tempatnya
Tidak datang sebagai asing, tidak pergi sebagai teman
Ia berada di satu titik, di pucuk kepala setiap orang
Bukan di salah satu sisi: timur atau barat

Adalah hubungan yang lebih kuat terjalin
Antar manusia dengan manusia yang lain
Maka buat apa kita bercengkrama dengan embun, senja, dan purnama?
Mereka tak bisa membalas senyum

Adalah Siang dengan segala keindahan
Yang luput dari cerita setiap orang
Maka biar kutuliskan sendiri di sini
Perihal kehilangan mereka akan Siang

Aku dan Siang Tiada Berbeda

Seperti siang yang datang tanpa makna, aku tak miliki nuansa. Tak punya keterkaitan dengan keindahan, kerinduan, serta kegelisahan yang kau rasa.

Seperti siang yang bagai seorang pejalan jauh, aku hanya lewat di harimu. Mengantarkanmu untuk sampai pada waktu yang berbeda.

Seperti siang yang terbuang, aku tak mungkin kaulukiskan. Mustahil kauabadikan dalam syair-syair yang banyak memuat nama Senja.

Seperti siang yang hampa, aku tak pernah terbabit perkara cinta. Tiada hasrat dalam dirimu untuk tinggal pada waktuku.

Seperti siang yang kinantan, tiada warna yang bisa kausaksikan. Tiada lagi rasa yang tersisa saat kulihat kau dibuai cahaya purnama.

Seperti siang yang hilang dari cerita setiap orang, perlahan pergi tinggalkan butala.